Rabu, 11 Februari 2009

Bila si Kecil Tantrum

Rating:★★★
Category:Other
Bila si Kecil Tantrum
Source: http://www.ibudananak.com

7th of December, 2006.

tantrumSeringkali orangtua terkaget-kaget dengan prilaku ini. Bagaimana tidak? Selama ini, si kecil selalu manis, penurut, jarang sekali rewel, pendeknya gampang diurus. Tiba-tiba setelah ulang tahun keduanya, atau bahkan lebih cepat lagi (16 bulan), anak jadi mudah mengamuk untuk hal-hal yang, menurut orangtua, mungkin sepele.

Ekspresi marah yang nyaris histeris ini dikenal dengan istilah temper tantrum. Tantrum bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Tak peduli di rumah, dalam perjalanan ataupun ditengah keramaian. Tak ayal ini membuat orangtua ’lumayan’ kalang-kabut. Daripada bingung terus menerus- yang malah akan berujung stress- dengan perilaku ini, lebih baik orangtua menyisihkan waktu untuk sedikit mempelajari seluk beluk tantrum.


Temper tantrum (atau yang sering disebut dengan tantrum saja) adalah luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Manifestasi tantrum ini beragam, mulai dari (hanya) merengek dan menangis saja, menjerit-jerit, mengguling-gulingkan badan di lantai, menendang, memukul, mencakar, bahkan ada yang sampai beraksi menahan nafas. Tantrum sering muncul pada anak usia 1 hingga 3 tahun, meskipun tidak selalu berarti perilaku ini akan menghilang dengan sendirinya setelah anak mencapai usia 3 tahun. Biasanya, tantrum ini berlangsung selama 30 detik sampai 2 menit dan intensitas tertinggi terjadi pada 30 detik pertama.

Mengapa Anak Tantrum?
Sesungguhnya tantrum adalah bagian dari perkembangan anak. Ini memang suatu fase normal yang dilalui oleh semua anak. Bahkan anak-anak yang ’paling baik’ sekalipun, sekali waktu juga pernah tantrum. Menurut pakar psikologi anak, temperamen anak juga mempengaruhi kecenderungan tantrum. Anak yang bertemperamen ’sulit’ cenderung mudah tantrum.

Sesekali, sebagai orangtua, Anda perlu juga memandang ’dunia’ ini dari sudut pandang anak. Seiring dengan pertambahan umurnya, anak semakin memahami lingkungannya. Mereka tahu bahwa ada banyak sekali pilihan di sekelilingnya. Di mata anak, semuanya menarik sehingga mereka ingin memiliki atau menguasai semuanya. Tak seperti orang dewasa, anak-anak (batita dan balita) memiliki keterbatasan dalam mengendalikan maupun menyalurkan emosinya. Maka, ketika keinginannya tak terpenuhi, mereka menyalurkan rasa frustasinya lewat satu-satunya cara yang ia kuasai benar, tantrum!
Memahami faktor-faktor pemicu tantrum adalah ’bekal’ orangtua untuk menyikapi perilaku ini dengan kepala dingin.

Tak mampu mengungkapkan keinginannya – Umumnya anak usia batita memiliki keterbatasan bahasa. Tapi, meski kosakatanya belum banyak, anak usia 1 tahun telah memahami banyak hal, lho! Pemahamannya melebihi kemampuan verbalnya. Coba Anda bayangkan, bagaimana jika orang yang Anda ajak komunikasi tak kunjung mengerti maksud Anda? Seperti itulah yang dirasakan si kecil. Biasanya, tantrum akan berkurang seiring dengan meningkatnya kemampuan bicara anak.

Terhalangnya keinginan untuk mandiri – Anak usia batita mulai tumbuh rasa kemandiriannya. Mereka ingin dan merasa bisa melakukan berbagai hal yang dilakukan oleh orangtuanya. Ketika Anda melarangnya, maka ia menyalurkan rasa frustasinya melalui tantrum.

Tak mampu menguasai/melakukan suatu hal – Anak bisa frustasi karena tak berhasil melakukan sesuatu hal yang ia anggap mampu lakukan. Misalnya, tak berhasil membuka kancing bajunya sendiri, atau tak bisa membuka tutup botol.

Ditolak permintaannya – ini yang sering terjadi di toko atau supermarket, ketika Anda tak mengabulkan permintaan anak.

Lelah, lapar dan/atau merasa tak nyaman – anak cenderung mudah ’meledak’ ketika mereka merasa lelah, lapar atau tidak nyaman.

Mencari perhatian – kadangkala anak tantrum untuk menarik perhatian orangtuanya. Dorothy Einon, seorang pakar perilaku anak di Inggris mengatakan, anak tidak akan tantrum dengan orang yang tidak ia cintai.

Suasana hatinya memang sedang buruk – Bad mood bukan monopoli orang dewasa, anak batita juga bisa, lho! Bukan tak mungkin si kecil terbangun di pagi hari dengan suasana hati yang kurang baik, dan tetap seperti itu sepanjang hari. Kalau sudah begini, lebih baik Anda bersiap-siap jika sewaktu-waktu terjadi ’ledakan’. Selanjutnya

1 komentar: